Kamis, 06 Oktober 2011

Pindah Alamat

setelah sekian lama informasi kegiatan Vihara karangdjati ditampilkan melalui Blog ini, kami akan pindah rumah ke alamat baru kamu di www.viharakarangdjati.com. segala informasi kegiatan vihara karangdjati akan ditampilakn melalui web baru, rumah baru kami tersebut.

terimakasih atas segala dukungannya, semoga dengan rumah baru tersebut kami lebih baik dalam memberikan pelayanan informasi kegiatan vihara kepada para pembaca. kritik dan saran kami tunggu untuk kemajuan kita bersama. semoga kita semua semakin maju, semoga semua makhluk berbahagia.






Kamis, 21 Juli 2011

Perayaan Waisak 2555 tahun 2011


Keindahan Vihara Karangdjati ketika Padaksina berlangsung

 
Khimad membacakan renungan Waisak


Suasana khimad dalam Perayaan waisak
Perayaan waisak 2555 tahun 2011 di Vihara Karangdjati diadakan pada tanggal 8 Juni 2011, mulai jam 19.00. Perayaan ini dihadiri sekitar 300 umat Buddha se-Jogja. Hadir dalam perayaan ini Bhikkhu Jotidhammo Mahathera dan Bhikkhu Piyadhiro.
Dalam kotbah waisaknya, bhikkhu Jotidhammo, mengingatkan tentang perkembangan sosial yang seprtinya tak pernah lepas dari konflik. Menurut beliau, konflik tersebut bukannya tak dapat diatasi, konflik dapat diatasi selama manusia memiliki kedamaian dalam hidupnya. Sedangkan kedamaian membutuhkan kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadi. Tekad teguh untuk menghayati kebenaran dhamma akan menkondisikan timbulnya penyelesaian konflik. Itulah sebabnya tema perayaan kali ini adalah kedamaian cahaya kebenaran.
Selain puja, dhammadesana dan meditasi, pada perayaan ini juga diadakan pradaksina, yaitu memberi penghormatan dengan mengelilingi obyek penghormatan (pathimaghara) selama 3 kali.

Detik detik Waisak 2555 tahun 2011 Vihara Karangdjati


 Tumpeng untuk sesepuh Vihara


Suasana ramah tamah setelah detik-detik waisak


Hari yang paling ditunggu oleh umat Buddha tiba. Tanggal 17 Mei 2011, adalah tepat hari waisak 2555 tahun 2011. Umat Buddha diberbagai tempat tentu saja antusias untuk menyambut detik-detik waisak yang pada tahun ini tepat pada pukul 18:08:23 WIB.
Di vihara karangdjati, dihadiri sekitar seratus umat Buddha, acara dimulai tepat jam 17.50. Peringatan detik-detik ini diisi dengan puja, dan secara khusus membacakan vesakha puja khata, atau puja di hari waisak. Acara membaca parita dan puja ini berlangsung selama setengah jam, dan dilanjutkan dengan meditasi. Dengan demikian pada saat tepat detik-detik waisak, umat bersama-sama melakukan meditasi menyambutnya.
Usai meditasi, dibacakan pesan waisak 2555 tahun 2011 dari sangha Theravada Indonesia, yang dibacakan oleh Romo Supriyanto selaku ketua Vihara. Tema waisak kali ini adalah kedamaian cahaya kebenaran. Melalui pesan tersebut, Sangha Theravada Indonesia menekankan 6 hal, yaitu berpikir dengan cinta kasih, berucap dengan cinta kasih, berbuat dengan cinta kasih, kepedulian sosial, kesusilaan sosial dan memiliki pandangan sosial yang terbuka.
Setelah ditutup, acara kemudian dilajutkan dengan saling mengucapkan selamat waisak antar umat, dan sambung rasa, berupa ungkapan waisak dari umat yang paling senior dan paling muda, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng waisak.

Diskusi “Jejak Buddha di Tanah Jogja”


Acara dhammasharing rutin pada tanggal 9 Mei 2011 sangat istimewa. Hal ini dikarenakan hadirnya pembicara tamu, Bapak Kris Budiman. Kehadiran pak Kris, panggilan akrab beliau, dalam rangka menyampaikan hasil jelajah yang dilakukan oleh beliau untuk menelusuri keberadaan candi-candi di berbagai lokasi. Acara ini bertajuk diskusi jejak Buddha di tanah Jogja.
Iya, pak Kris ini hobi sekali jalan-jalan ke candi-candi dan situs sejarah lainnya, baik ke tempat yang sudah terkenal maupun tempat yang belum terdata. Pada kesempatan tersebut, beliau sharing tentang 18 situs candi Buddha yang ada di sekitar Jogja. Jumlah yang sangat banyak, dan tidak diduga oleh peserta yang hadir.
Ada beberapa candi yang terawat dengan baik, ada juga yang tinggal serakan batu. Semua dipaparkan oleh Pak Kris Budiman, serta dibri penjelasan singkat tentang lokasi, hal-hal yang unik dan apa yang tersisa. Beberapa bahkan tinggal batu berserakan di halaman pemukiman, ada yang tinggal stupa di tengah kampung, bahkan ada yang hanya terlihat seperti pondasi talud bangunan saja. Ada juga yang lokasinya sulid dijangkau karena berada di lereng tebing.

Doa Syukur Umat Buddha dalam rangka HUT Kabupaten Sleman


Doa syukur umat Buddha dalam rangka hari jadi kabupaten sleman ke 95 dipusatkan di Vihara Karangdjati, pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2011. Acara ini dihadiri sekitar 100 umat Buddha, serta beberapa perwakilan pemerintah kabupaten Sleman.
Acara hari jadi kabupaten Sleman ini tahun sangat istimewa karena hanya beberapa bulan setelah erupsi Merapi, yang menimpa wilayah kabupaten sleman. Hal itu juga yang menjadi tema utama peringatan kabupaten sleman tahun ini, sepereti tercermin dalam sambutan bupati Sleman dalam doa bersama tersebut, bahwa masih banyak yang harus dikerjakan, serta masih panjang menyelesaikan masalah Merapi. Untuk itu selain rasa syukur perlu juga untuk menetapkan komitmen bersama untuk berkerja optimal sesuai dnegan profesi dan tugas masing-masing oleh seluruh masyarakat kabupaten sleman.
Dalam dhammadesana pada kesempatan doa syukur umat Buddha ini, Romo supriyanto mengingatkan tentang kekukatan persatuan. Berbahagialah mereka yang selalu menjaga persatuan, seperti yang pernah sang Buddha sampaikan, samaggamang tapo sukkho, demikaian lanjut Romo Supri.
Selamat ulang tahun ke-95 kepada kabupaten Sleman, semoga semakin maju dan terwujud masyarakat yang sejahtera di wilayah Sleman.

Pasamuan Agung VIII Magabudhi

Yogyakarta mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Pasamuan agung  Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi) VIII yang diselenggarakan di Hotel Saphir, pada tanggal 22-24 April 2011.  Acara Pasamuan dengan agenda utama membuat program kerja 5 tahun ke depan, menetapkan penghormatan berupa gelar maha pandita  kepada para romo9/ramani senior yang berjasa untuk Magabudhi dan perkembangan umat Buddha, serta memilih pengurus Pusat untuk masa pengabdian 5 tahun.
Acara pasamuan ini dihadiri sekitar 300 Romo/ramani sebagai utusan dari berbagai daerah seluruh Indonesia, dibuka oleh Dirjen Bimas Buddha kementrian Agama Irjen Pol (purn) Drs. Budi Setyawan, Msc. Selain dengan pembahasan berbagai masalah organisasi dan pembinaan umat, diselenggarakn juga diskusi tentang status dan kedudukan tempat ibadah, prosedur pengajuan bantuan kepada kementrian agama dan menyoroti kecenderungan turunnya jumlah umat di daerah tertentu. Hasil diskusi itu yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk program kerja yang lebih konkret.
Pasa pasamuan ini juga ditetapkan maha pandita, karena jasa pengabdiannya di Magabuddhi untuk perkembangan Umat Buddha, yaitu Romo Ratna Surya Widya (Jakarta), Romo T Harmanto (banten), Romo Hendri Basuki (semarang) dan Ramani Kemavati (Surabaya).
Terpilih sebagai ketua dalam pasamauan ini adalah Romo dr. Dharma K Widya, yang akan memimpin Magaudhi selama lima tahun kedepan. Selamat mengabdi Romo dan ramani…

Anjangsana SMB ke Candi Banyunibo


Daerah sekitar Jogja banyak sekali ditemukan candi-candi buddhis peninggalan jaman mataram kuno. Mengenal candi-candi Buddha tersebut akan dapat menambah pengetahuan sejarah, meningkatkan kekaguman sejarah serta pada akhirnya meningkatkan keyakinan umat Buddha.
Untuk itu, Minggu, 27 Maret 2011, Sekolah Minggu Vihara Karangdjati melakukan anjangsana ke salah satu candi buddhis, yaitu candi Banyunibo yang terletak di desa Bokoharjo, kecamatan Prambanan kabupaten Sleman, tepatnya sebelah selatan kompleks candi Ratu Boko
Kesempatan yang sangat baik, karena mengenalkan candi buddhis kepada anak-anak, sekaligus mengajarkan bagaimana sebaiknya kita bersikap ketika berada di candi Buddhis. Begitu datang, rombongan anak-anak ini selain dikenalkan dengan bangunan candi, kemudian diajak untuk melakukan puja bakti di ruangan candi. Anak-anak siswa sekolah minggu ini juga dilatih menghormati bangunan  suci candi dengan cara melepas alas kaki. Rangkaian puja bakti ini dilengkapi dengan meditasi dan pradaksina juga.
Acara hiburan dan rekreasi juga tak lupa. Setelah rangkaian puja selesai, dilakukan banyak permainan yang menghibur serta ditutup dengan rangkaian ulang tahun bersama. Acara rekreasi ini dilakukan dengan tetap menghormati candi tanpa kehilangan keceriaan.
Semua rangkaian ini selain mengenalkan candi buddhis, juga mengenalkan bagaimana bersikap yang baik kepada candi-candi buddhis. Kalau umat Buddha sendiri tidak bisa memperlakukan dengan  baik candi-candi Buddhis, bagaimana kita berharap kepada orang lain untuk melakukannya ?