Rabu, 12 November 2008

Kunjungan YM Tekzin Dakpa Thasi ke Jogjakarta

Pada tanggal 6-9 November kemarin, YM Tenzin Dakpa Thasi, berkunjung ke Jogja. Beliau adalah Ritual MasterYM Dalai Lama XIV di Dharmsala, India.

Kunjungan beliau adalah untuk melihat secara langsung Vihara-vihara yang menjadi korban gempa bumi tahun 2006, serta mengunjungi Candi-candi peninggalan kerajaan Buddha abad ke 4-7. Kunjungan beliau yang didampingi oleh umat dari Malaysia ini, juga melakakan Puja di Vihara dan Candi-Candi tersebut.

Salah satu yang mendorong minat beliau untuk berkunjung adalah adanya mitos bahwa di masa lampau, YM Atisa, sebelum membangun Buddhism Tibet terlebih dahulu belajar Buddhism kepada guru Sakyakirti di Sriwijaya dan sempat berkunjung ke Borobudur. Selain ke Borobudur, beliau juga mengunjungi Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Kalasan, Istana Ratu Boko dan Candi Mendut.

Tak lupa, rombongan beliau juga berkunjung ke Vihara Karangdjati, sebagai Vihara tertua di Jogjakarta. Dalam kesempatan tersebut, beliau memberikan apresiasi yang positif terhadap minat belajar Buddha Dharma masayarakat Indonesia, serta penghargaan yang mendalam terhadap mereka yang mau mengabdikan diri kepada Buddha Dharma. Selama kunjungan di Jogja ini, beliau didampingi oleh teman2 generasi muda Vihara Karangdjati.

Bersama umat Buddha di Vihara Buddha Murti, Kotesan, Prambanan. (salah satu Vihara korban gempa)
Di Vihara Karangdjati
Berkunjung ke Candi Plaosan
Berkunjung ke Candi Borobudur

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya melihat blog ini menggunakan kata mitos dalam beberapa artikel. Saya melihat kata itu kurang tepat rasanya. Kata mitos mempunyai beberapa definisi. Salah satunya lihat di sini: http://www.thefreedictionary.com/myth. Dari definisi yang ada, kata myth lebih cenderung mengacu pada sesuatu yang sulit dibuktikan karena hal itu bersifat fiktif. Mengenai Ven. Atissa Dipankara yang belajar dari Ven. Dharmakirti selama 12 tahun di Kerajaan Srivijaya dan kemudian menjadi rektor terkenal di salah satu univeritas terkenal di India dan juga kata Hinayana, dapat dibuktikan secara historis melalui keberadaan literatur Buddhist maupun bukti arkeology. Dengan demikian, kunjungan Ven. Atissa Dipankara ke Indonesia dan penggunaan istilah Hinayana bukanlah mitos. Thanks.