Senin, 27 April 2009

Pesan Waisak 2553/2009 Sangha Theravada Indonesia

PESAN WAISAK 2553/2009

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Samagga Sakhila Hotha
Hendaklah saling rukun dan berbaik hati
(Apadàna II)

Samagganang Tapo Sukho
Upaya kelompok orang yang bersatu menimbulkan kebahagiaan
(Dhammapada 194)

Tanggal 9 Mei 2009, umat Buddha memperingati Tiga Peristiwa Suci Waisak; saat Kelahiran, Pencerahan Sempurna, dan Kemangkatan Guru Agung Buddha Gotama. Kelahiran Buddha adalah kemunculan seorang manusia luhur yang kelak mampu memahami Kebenaran Dhamma, Pencerahan Sempurna merupakan penembusan Kebenaran Dhamma secara sempurna oleh seorang Buddha, serta Kemangkatan Buddha adalah perealisasian Kebenaran Dhamma tertinggi atau Parinibbàna. Meskipun guru agung Buddha Gotama telah mangkat dua ribu lima ratus lima puluh tiga tahun yang lampau, tetapi ajaran Kebenaran Dhamma masih tetap dipergunakan sebagai pandangan hidup sebagian umat manusia di dunia dewasa ini, khususnya umat Buddha; karena keberadaan Kebenaran Dhamma melintasi batas ruang dan waktu.

Sangha Theravàda Indonesia mengangkat tema Peringatan Hari Raya Waisak 2553/2009: Kehadiran Buddha Sumber Keharmonisan dan Keutuhan Bangsa. Tema tersebut mengingatkan umat Buddha sekalian bahwa peringatan hari raya Waisak adalah memperingati kehadiran Buddha di tengah-tengah dunia ini. Kehadiran Buddha yang sangat jarang terjadi sungguh merupakan suatu peristiwa yang sangat diagungkan bagi kita, karena kehadiran Buddha sama halnya dengan kehadiran penyebab kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Buddha mengingatkan kepada kita: bangun, jangan lengah, tempuhlah kehidupan benar, siapapun yang menempuh hidup sesuai Kebenaran Dhamma, ia akan berbahagia di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.

Ditengah-tengah kehidupan yang senantiasa berubah, segala bentuk perubahan dapat saja terjadi, harapan kita tentu perubahan yang terjadi akan menimbulkan kegembiraan, tetapi tidak jarang terjadi perubahan yang berdampak kesedihan, krisis ekonomi global merupakan salah satu bentuk perubahan dalam kehidupan perekonomian yang menimbulkan kesulitan hidup. Kesulitan akibat krisis ekonomi global itu tidak akan teratasi dengan penyesalan, ketidakberdayaan, bahkan putus asa. Sikap kita yang tepat adalah mempunyai harapan hidup lebih baik untuk mencegah terjadinya penyesalan, memiliki kecerdasan berupaya sebagai pengganti dari ketidakberdayaan, dan mempunyai semangat hidup agar tidak terjadi keputus-asaan. Oleh karena itu sebaiknya umat Buddha sekalian menyikapi perubahan hidup akibat krisis ekonomi global ini dengan sikap mental pantang menyerah, terus berupaya dengan cerdas, mencari jalan keluar sesuai Kebenaran Dhamma.

Tahun 2009 bangsa Indonesia menyelenggarakan pesta demokrasi berupa Pemilihan Umum. Rakyat mempunyai kedaulatan untuk memilih calon legislatif yang akan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat serta Dewan Perwakilan Daerah, dan calon presiden/wakil presiden yang akan menjadi Presiden serta Wakil Presiden selama lima tahun ke depan. Meskipun pilihan umat Buddha sekalian bisa berbeda-beda, tetapi jangan sampai perbedaan pilihan itu menjadi kondisi bagi ketidakrukunan satu sama lain. Karena perbedaan pilihan itu adalah suatu hal yang wajar dalam hidup berdemokrasi, masing-masing orang memiliki kebebasan berpendapat untuk menentukan pilihannya. Kebebasan perlu dilandasi pertanggungjawaban yang jelas. Kebebasan tanpa dibarengi dengan tanggung jawab sosial sama halnya dengan kebebasan yang akan menghancurkan masa depan kehidupan sosial masyarakat. Sebaliknya kebebasan yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab tentu akan memajukan kehidupan sosial masyarakat. Tanggung jawab perlu diterapkan terhadap pilihan kebebasan yang telah dilakukan, dan pilihan kebebasan yang akan dilakukan. Kebebasan tanpa disertai pertanggungjawaban sama halnya dengan perilaku semena-mena untuk memenuhi kepentingan “ego” pribadi ataupun kelompok. Keharmonisan dapat tumbuh berkembang apabila tanggung jawab sosial atau tanggung jawab bersama menjadi perhatian utama diawal perilaku kebebasan yang dipilih. Tanggung jawab sosial dapat terjadi apabila manusia mengembangkan kebijaksanaan dan cintakasih dalam kehidupan bermasyarakat. Bijaksana dalam kehidupan individual dan cintakasih dalam kehidupan sosial, yang kedua-duanya mempunyai tujuan jelas dalam rangka pengembangan Kebenaran Dhamma.

Keutuhan bangsa merupakan hasil upaya mereka yang berjuang bagi kebersamaan meskipun dalam keadaan berbeda-beda. Komitmen kebersamaan perlu dibangun dalam kehidupan berbangsa. Komitmen kebersamaan ini dapat terwujud apabila pemerintah dan rakyat memperhatikan ajaran Buddha yang terdapat dalam Mahà Parinibbàna Suttanta. Kemuliaan suatu bangsa tergantung pada tujuh hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan rakyatnya, yaitu: sering mengadakan pertemuan dengan dihadiri banyak peserta, mengakhiri pertemuan dengan hasil kesepakatan bersama, menaati peraturan dan undang-undang yang berlaku, memperhatikan dan menghargai pengalaman orang-orang yang lebih cakap, memperhatikan dan menghargai harkat martabat perempuan, membangun dan menjaga tempat-tempat ibadah di dalam maupun luar kota serta menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan di tempat-tempat ibadah, dan melindungi orang-orang yang menjalani hidup suci. Kemajuan suatu bangsa bisa diharapkan, bukan keruntuhan, demikian penjelasan Buddha.

Marilah umat Buddha sekalian menghormati Guru Agung Buddha Gotama, baik dalam bentuk ucapan, tingkah laku, dan pikiran. Hendaknya bersikap hormat saat membicarakan Buddha, saat memperlakukan Buddha, dan saat memikirkan Buddha.

Selamat Hari Raya Waisak 2553/2009. Berkah Waisak senantiasa melimpah dalam kehidupan Bapak, Ibu, Saudara, Saudari beserta keluarga, Pemerintah, Bangsa dan Negara Indonesia. Harapan kami agar keharmonisan dan keutuhan bangsa tetap terjaga dan berkembang makin baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.

Semoga semua makhluk hidup berbahagia

Kota Mungkid, 9 Mei 2009
SANGHA THERAVADA INDONESIA

Bhikkhu Jotidhammo, Mahathera
Ketua Umum / Sanghanayaka

Tidak ada komentar: